Perempuan Itu Tidak Lemah!












Namaku Hana, aku akan menceritakan pengalamanku lagi. Dan, inilah pengalamanku yang akan kuceritakan.

 

Pada suatu sore, aku dan sahabatku, Ifa, sedang asyik bermain di lapangan dekat rumah ku, tiba-tiba tiga anak laki-laki yang populer di tempat tinggal kami (Mereka memang populer, sayangnya mereka suka mengejek orang, nama mereka bertiga adalah Randi, Hari, dan Sandi {ini bukan nama asli mereka ya, aku nggak nyebutin nama asli mereka karena ini kisah nyata) mendatangi kami berdua dan salah satu dari mereka mendorong Ifa hingga Ifa terjatuh.

 

Aku yang melihat itu pun marah, “Randi! Kenapa kamu dorong Ifa, sahabatku sampai ia terjatuh?!”

 

Randi mengangkat bahu, “Memang kenapa? Suka-suka aku dong. Sahabatmu terjatuh itu kan karena dia lemah, kalo nggak lemah pasti ia tidak akan terjatuh. Ya kan, teman-teman?”

 

Teman-teman Randi (Hari dan Sandi) mengangguk, “Iya. Perempuan kan memang lemah. Hahaha…!” Randi, Hari, dan Sandi tertawa.

 

“Perempuan itu tidak lemah tahu!” teriakku marah.

 

Ifa mengangguk-ngangguk, mengiyakan kata-kataku.

 

“Lah, memang kenyataannya begitu bukan? Kalao nggak percaya, ayo kita buktikan! Ayo aku dan kamu tanding lomba lari! Siapa yang menang, berarti ia yang kuat.” tantang Randi.

 

“Oke! Ayo kita lomba lari memutari lapangan ini sebanyak lima putaran!” kataku.

 

Maka, aku dan Randi pun lomba lari mengelilingi lapangan tempat kami berada sebanyak lima putaran. pertama-tama, Randi memimpin, tapi pada putaran ke-3, Randi mulai kelelahan sehingga larinya tidak secepat tadi, sementara itu aku juga sudah mulai kelelahan, tapi setiap aku teringat perkataan Randi dan teman-temannya yang meremehkan perempuan, aku merasa mendapat energi tambahan sehingga aku terus berlari dan berlari hingga aku finish.

 

Aku tersenyum senang, aku menang lomba lari melawan Randi! Ifa langsung memelukku dengan senang.

 

“Hebat kamu, Han!” Ifa bertepuk tangan.

 

Aku tersenyum, lalu aku menoleh kearah randi dan teman-temannya, “Bagaimana? Perempuan itu tidak lemah kan?”

 

“Lari kan gampang, laki-laki atau perempuan bisa. tapi kalau bola, apakah perempuan bisa? Kurasa tidak. Hahaha!” ucap Hari.

 

“O ya? Mari kita buktikan. Aku dan kamu, tanding main bola. Nanti yang kalah harus menuruti satu permintaan dari yang menang. Deal?”  tantangku.

 

“Deal!” jawab Hari, “Nanti yang duluan skornya tiga, dialah pemenangnya.”

 

Aku mengangguk setuju, “Ok!”

 

Aku dan Hari pun bertangding main bola di lapangan. Setelah bertanding selama sekitar lima menit, aku mencetak gol yang ke-3, sementara itu Heri baru mencetak 2 gol. Berarti aku yang menang, Hore! Alhamdulillah! seruku dalam hati.

 

“Pemenangnya adalah Hana!” teriak Ifa senang.

 

Aku menatap Hari, “Nah, sesuai perjanjian tadi, kalian harus menuruti satu permintaan ku. Permintaanku ke kalian adalah, kalian tidak boleh lagi membilang lagi kalau perempuan itu lemah! Perempuan itu kuat!”

 

“Baiklah.” jawab Randi, Hari, dan Sandi. Dari air muka mereka, mereka terlihat tidak senang.

 

Tiba-tiba Ifa berkata, “Perempuan itu kuat! coba pikirkan dengan otak kalian, perempuan itu mengandung, melahirkan, merawat. Terus, ada cut nyak Dien, Cut nyak Meutia, mereka itu pahlawan-pahlawan perempuan Indonesia. Nah, Yang seperti itu kalian bilang lemah?”

 

“Ibu kalian itu perempuan kan? Berarti kalian membilang perempuan itu lemah, sama saja dengan kalian membilang ibu kalian itu lemah!” Timpalku.

 

“Ennggg… kami nggak kepikiran sampai situ.” kata Sandi.

 

“Makannya, lain kali sebelum ngomong itu pikirin dulu!” kata Ifa.

 

“Ifa, kita pulang yuk!” ajakku.

 

Ifa mengangguk. sementara itu Randi, Hari, dan Sandi masih berdiri diam.

 

Sebelum aku dan Ifa jauh dari tempat ketiga anak laki-laki tadi, aku teringat sesuatu, lalu aku membalikkan badan dan berkata pada Randi, Sandi, dan Hari, “Ingat! Semua orang bisa menjadi kuat! Asalkan ada kemaun dan latihan!”

 

Lalu aku dan Ifa meninggalkan Sandi, Randi, dan Hari yang masih terdiam di tempat.

 

~Tamat~

 

 Tentang Penulis:


Hai teman-teman, namaku Hanan Hazimah Asriningtyas Hutagalung, panggil saja Hana atau Ima. umurku 10 tahun, aku sekolahnya homeschooling.
Hobiku membaca, menulis cerita, memakai komputer/Hp, menggambar, main bola, olahraga, dan bermain sepeda.
Cita-citaku ingin menjadi penulis. Kalau kalian mau kenalan denganku, silahkan kirim email ke: Reedha@gmail.com Insya Allah aku akan cepat balas.

Aku sudah punya karya yang diterbitkan yaitu: "Dari Sumur Tua Menuju Puncak Bintang (Rumpun Aksara, 2020) dan "Profesi Hebat, Pribadi bermanfaat (Rumpun aksara, 2020)
Oh iya, kunjungi blog aku ini ya: https://hana-hutagalung.blogspot.com/

juga kunjungi chanel you tube ku: https://www.youtube.com/channel/UC7DFl_jQZAvllRNKrq6mA-Q

Sekian tentangku.. terima kasih*

 

Tentang Pembuat Gambar:

Hallo semuaa.

Nama ku Hanny Viola Setya Pradana, biasa di panggil Vio.
Aku lahir pada tanggal 15 Oktober 2008 di Sumatra Selatan. Kini aku tinggal di kota pelajar yaitu kota Yogyakarta.
Aku sangat suka membaca, menulis cerita, dan menari. 
Cita-cita ku adalah seorang dokter sekaligus penulis.
Aku sangat senang kalau teman-teman ingin berkenalan dengan ku. Ini email ku: hannyviola223@gmail.com

Sekian tentangku..

Komentar

  1. Betuull.. Perempuan itu gak lemah! Bagus ceritanya..👍👍


    -Alessia & Alice-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Alessia & Alice..


      Salam hangat untuk kalian berdua.. 😊

      Hapus
  2. Waa bagus ceritanya...asalkan ada kemauan & tekad yg kuat... Bagus.. Semangat ya Hana...☺☺☺

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Hatinya, Bukan Fisiknya

Maafkan kami, Amel

Kita Semua Sama

Cita-cita Arvin