Kita Semua Sama




Terdengar suara gaduh dari ruangan kelas lima. Suara gaduh itu berasal dari anak perempuan dan anak laki-laki yang saling adu mulut. Sepele yang di debatkan. Bermula dari anak laki-laki yang mengejek anak perempuan lemah dan cengeng, para anak perempuan tentu saja tidak terima. Dan jadilah pertengkaran di antara beberapa anak itu.

"Kalian itu lemah, masa di senggol sedikit saja sudah menangis." Ejek Vero, yang langsung di setujui anak laki-laki lainnya.

"Heh menangnya kalian tidak cengeng apa?" tanya Lina dengan nada suara meninggi.

"Tentu saja tidak. Kami bukan seperti anak perempuan yang apa-apa langsung mengadu." Balas anak laki-laki yang lain, diselingi tawa anak yang lain.

"Huh sangat menyebalkan, sudah diamkan saja." Lerai Lia kepada teman-teman nya.

Lonceng berbunyi, tanda bahwa jam istirahat telah usai.

Tidak sampai pertengkaran di sekolah. Para murid kelas lima kembali berdebat sepulang sekolah. Para anak laki-laki menantang anak perempuan untuk bermain bola.

Dan ya anak laki-laki lah yang memenangkan nya. Para anak perempuan tidak terima dan menuduh anak laki-laki bermain curang.

"Ini tidak adil, tadi Ivan menendang kaki ku. Jadi kemenangan kalian tidak sah! Teriak Siti, tidak terima.

"Kalian saja yang tidak terima kalau kami menang. Sudahlah katakan saja kalah." Ejek anak laki-laki yang lain.

Keributan pun mulai terjadi. Anak perempuan yang tidak terima saling berteriak kepada anak laki-laki.

Tiba-tiba pak Soleh datang.

"Oiii apa yang kalian lakukan?" tanya pak Soleh, berusaha melerai.

Dengan wajah merah padam karena marah, anak perempuan menjelaskan situasi yang terjadi. Namun anak laki-laki tidak terima karena banyak bagian cerita yang ditambahkan. Terjadilah perdebatan lagi.

Pak Soleh yang mulai memahami situasi yang terjadi menggelengkan kepalanya.

"Astaghfirullah, kalian tidak boleh saling membandingkan satu sama lain seperti ini. Ingat, sesungguhnya Islam telah menciptakan perempuan dan laki-laki dalam keadaan yang setara. Jadi kalian tidak boleh membandingkan siapa yang lebih hebat." Jelas pak Soleh panjang lebar.

"Maafkan kami ya pak." sesal anak laki-laki dan anak perempuan.

"Tidak apa-apa bapak maafkan. Nah sekarang kalian harus berdamai satu sama lain," kata pak Soleh.

"Maafkan kami ya." Sesal Vero dan teman-temannya.

"Iya kami juga minta maaf ya." Jawab para anak perempuan.

Sejak saat itu mereka menjadi teman baik, tanpa membedakan satu sama lain.
~TAMAT~
Pesan dari penulis: nah teman-teman, kita tidak boleh ya membeda-bedakan teman berdasarkan jenis kelamin mereka. Karena sesungguhnya Allah telah menciptakan perempuan dan laki-laki dalam keadaan yang setara, tidak lebih rendah ataupun lebih tinggi.






Tentang Penulis dan ilunstrator (Digabung kayak gini karena yg buat cerita dan gambar itu satu orang yg sama):

Hallo semuaa.

Nama ku Hanny Viola Setya Pradana, biasa di panggil Vio.
Aku lahir pada tanggal 15 Oktober 2008 di Sumatra Selatan. Kini aku tinggal di kota pelajar yaitu kota Yogyakarta.
Aku sangat suka membaca, menulis cerita, dan menari. 
Cita-cita ku adalah seorang dokter sekaligus penulis.
Aku sangat senang kalau teman-teman ingin berkenalan dengan ku. Ini email ku: hannyviola223@gmail.com

Sekian Tentangku*

Komentar

  1. Bagus..! good job, Hanny👍🏻

    BalasHapus
  2. نجاح باهر ، قصة جيدة على الإطلاق! حقاً، نحن جميعاً متشابهون.

    أوه نعم، اسمي أمينة، عمري 11 سنة. سلام كنال يا :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. شكراً لك على تعليقاتك 😊

      مرحباً أمينة، اسمي فيولا، أنا أحد عشر عاماً 11 أيضاً. أحب أن تعرف عليك ☺️

      Hapus
    2. امينة في اي بلد تعيشين

      Hapus
    3. انا اعيش في اليمن

      Hapus
    4. (: أوه .. شكرا على الجواب

      Hapus
    5. (: على الرحب و السعة

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Hatinya, Bukan Fisiknya

Maafkan kami, Amel

Cita-cita Arvin