Kisah Si Gadis Miskin
Di sebuah desa, ada
sebuah rumah yang kecil, Rumah itu dindingnya hanya terbuat dari kayu, atapnya
hanya berupa pelepah daun kelapa.
Rumah itu dihuni oleh Seorang
gadis cilik, gadis cilik itu bernama Adila, umurnya 11 tahun. Dan seorang Nenek
(Neneknya Adila). Nenek Adila umurnya sudah 65 tahun. Sedangkan orang tua Adila
sudah meninggal ketika Adila usia 5 tahun.
Sudah seminggu ini
Nenek Adila sakit, tubuhnya begitu lemas, dan Nenek juga tidak sanggup untuk
mencari uang lagi karena kondisi tubuhnya, sehingga, Adila harus mencari uang
untuk biaya hidupnya dan Nenek.
Pagi ini, Adila sedang
bersiap-siap untuk pergi bekerja (Adila memang kerja untuk membiyai hidupnya
dan neneknya. Pekerjaannya tidak tentu, apa yang bisa dia bantu dari orang
saja. Nanti orang yang dibantu olehnya akan membayar Adila).
“Nek, Adila pergi dulu
ya.. Assalamualaikum..” Pamit Adila.
“Iya, hati-hati ya..
Waalaikumussalam.” Balas Nenek pelan dari kasurnya.
Setelah mencium tangan
Nenek, Adila pun pergi.
****
Di tempat Adila.. Adila
sedang membantu seseorang Ibu membawa barang belanjaannya yang lumayan banyak
ke dalam mobilnya. Setelah itu, Adila mendapat upah Rp20.000.
“Makasih sudah bantu
Ibu. Ibu pulang dulu ya…” Ibu yang dibantu Adila itu menaiki mobilnya.
Saat Ibu itu masuk
kedalam mobil. Adila melihat sebuah dompet jatuh dari dalam tas yang dibawa Ibu
itu. Adila segera memberitahu kepada si Ibu. Namun ibu itu tidak mendengarnya
dan menjalankan segera mobilnya.
Adila mengambil dompet
itu dan melihat isinya. Lalu ia kaget melihat isinya, Isi dompet itu adalah
lima lembar uang Rp.100.000. Berarti uang seluruhnya di dompet itu ada
Rp.500.000. Adila terlihat bingung.
“Wah, uangnya banyak sekali, bisa untuk aku makan sama Nenek hari ini
tanpa perlu mencari uang lagi. Tapi.. ini kan bukan punyaku. Ah, ambil saja
lah, toh, Ibu itu tidak tahu.” Kata Adila dalam hati, Namun, ia segera
menepis pikiran buruknya itu, “Bukankah
Nenek bilang kalau kita tidak boleh mengambil milik orang tanpa izin?”
“Baiklah, aku akan
berusaha mencari Ibu itu! Aku harus mengembalikan dompet miliknya itu!” tekad
Adila.
Adila pun melihat lagi
isi dompet itu, dan ia melihat sebuah kertas bertuliskan sebuah alamat dan
melihat sebuah kartu nama.
“Sepertinya ini alamat rumah Ibu itu, dan ini adalah kartu namanya.” Kata Adila. Ia membaca alamat di kertas
itu.
“Alamat rumah ini tidak
terlalu jauh, aku akan ke rumah yang ada di alamat ini.” Adila memasukkan
dompet itu kedalam kantong bajunya. Lalu ia mulai berjalan sesuai jalan yang
dibilang di alamat itu.
*****
Sesampainya di tujuan
(alamat yang di sebutkan di kertas tadi)….
Di depan Adila, ada
sebuah rumah yang besar dan cantik, rumah itu bertingkat satu, di halamannya
ada pohon-pohon indah dan air mancur. Yang jelas, rumah itu cantik sekali.
Ragu-ragu, Adila
mengetuk pintu rumah megah itu, “Permisi..”
1 menit kemudian, pintu
pun dibuka, dan muncullah dari dalam seorang Ibu, Ibu itu adalah Ibu yang tadi
di bantu oleh Adila.
“Kamu yang bantu saya
tadi kan? Ada apa?” Tanya Ibu itu ramah.
“Iya bu… Ini, tadi
dompet Ibu terjatuh dari tas Ibu.” Jawab Adila sambil memberikan dompet tadi ke
Ibu itu.
“Makasih, ya nak. Oh
iya, kenapa kau tidak mengambil dompet ini saja? Padahal uang di dompet ini
banyak.” Tanya si Ibu heran.
“Karena Nenek saya, bilang kalau kita tidak boleh mengambil barang milik orang tanpa izin
pemiliknya.” Jawab Adila.
“Ohh, begitu. Ibu
senang sekali dengan sikapmu itu. Ini sebagai tanda terima kasih saya. Tolong
diterima ya..” Ibu itu tersenyum, lalu ia memberikan Adila selembar uang
Rp.100.000.
“Wah..! Makasih banyak,
Bu. Oh iya, nama saya Adila.” Adila terlihat sangat senang, ia segera bersyukur
dalam hati.
“Oh, nama kamu Adila.
Kalau saya namanya Bu Via.”
Adila pamit untuk pulang. Lalu ia pun pulang
ke rumahnya.
****
Di rumah Adila..
“Assalamualaikum. Adila
pulang.” Kata Adila sambil masuk ke dalam rumahnya,
“Wa’alaikumussalam..
Adila kenapa keringatnya banyak banget begitu? Memang Adila kerja apa?” Tanya
Nenek.
Adila pun menceritakan
kejadian tadi pada Nenek.
Selesai Adila
bercerita..
“Bagus apa yang kamu
lakukan itu. Lihat, kalau kita jujur, pasti kita akan mendapat balasannya.”
Nenek tersenyum sambil membelai kepala Adila.
“Iya nek.”
Lalu Adila menyuapi
Nenek bubur yang tadi dibelinya ketika pulang.
****
Sejak kejadian itu,
Adila sering dimintai tolong oleh Bu Via. Dan Adila mendapat upah yang banyak,
sebenarnya Adila tidak mau upah sebanyak itu. Tapi Bu Via selalu membujuknya
untuk menerima uang itu, supaya kamu dan Nenekmu bisa terbantu dengan uang ini.
Begitu kata Bu Via.
****
Dua minggu kemudian
(sejak Adila bertemu dengan Bu via)
Adila sedang duduk di
depan rumahnya sambil menagis. ia terlihat sangat sedih. Lalu terlihat Bu Via mendatangi Adila (Bu Via
memang sudah diberi tahu oleh Adila alamar rumahnya). Dan Bu Via heran melihat
Adila yang sedang menangis. Bu Via segera mendatangi Adila.
“Adila, ada apa? Kenapa
kau menangis?” Tanya Bu Via bingung.
“Ne, Nenek. Nenek
meninggal kemarin!” jawab Adila sambil tersendat-sendat.
“Innalillahi wa innailaihi raajiuun… Sabar ya, Adila.” Hibur Bu
Via.
“Iya, Bu. Tapi, saya tinggal sama siapa? Nenek kan sudah
meninggal, dan Adila tidak punya saudara atau kerabat lagi.” Adila menangis
lebih kencang lagi. Bahunya terguncang hebat karena menangis.
“Hmm.. Bagaimana kalau tinggal sama Ibu? Ibu sudah tiga tahun
menikah, tapi belum di karunai anak. Padahal Ibu sangat ingin mempunyai anak.
Apalagi anak yang sholehah seperti kamu.” tawar Bu Via.
Adila langsung tersenyum lebar, “Sungguh, Bu?”
Bu Via mengangguk, “Iya. Mau kan?”
“Tentu saja Adila mau. Makasih ya, Bu” Adila memeluk Bu Via.
“Sama-sama. Mulai sekarang, panggil saja Ibu dengan sebutan
‘Bunda’.. Nah, sekarang siap-siap untuk pergi ke rumah Bumda.”
“Iya, Bun.” Adila tersenyum senang.
Setelah mengemasi barang-barang. Adila pun pergi ke Rumah Ibu
tirinya (Bu Via) bersama si Ibu baru.
Sejak saat itu, Adila tidak miskin lagi. Tapi adila tidak sombong
dan tetap baik seperti dulu.
~Tamat~
Pesan: Berbuat jujurlah kalian, karena dengan jujur, kita akan bahagia.
Pesan: Berbuat jujurlah kalian, karena dengan jujur, kita akan bahagia.
Tentang Penulis:
Hai teman-teman, namaku Hanan Hazimah Asriningtyas Hutagalung, panggil saja Hana.. umurku 10 tahun, aku sekolahnya homeschooling.
Hobiku membaca, menulis cerita, memakai komputer/Hp, menggambar, dan bermain sepeda.
Cita-citaku ingin menjadi penulis, saintis, pelukis, dan guru. Kalau kalian mau kenalan denganku, silahkan kirim email ke: Reedha@gmail.com Insya Allah aku akan cepat balas.
Aku sudah punya karya yang diterbitkan yaitu: "Dari Sumur Tua Menuju Puncak Bintang (Rumpun Aksara, 2020)..
Oh iya, kunjungi blog aku ini ya: https://hana-hutagalung.blogspot.com/
Sekian tentangku..*
Tentang Pembuat Gambar:
Hallo semuaa.
Nama ku Hanny Viola Setya Pradana, biasa di panggil Vio.
Aku lahir pada tanggal 15 Oktober 2008 di Sumatra Selatan. Kini aku tinggal di kota pelajar yaitu kota Yogyakarta.
Aku sangat suka membaca, menulis cerita, dan menari.
Cita-cita ku adalah seorang dokter sekaligus penulis.
Aku sangat senang kalau teman-teman ingin berkenalan dengan ku. Ini email ku: hannyviola223@gmail.com
Sekian Tentangku*
Kereennn..!! Semangat ya upload cerita di sini😊
BalasHapusSemangat!
Terima kasih^^
Hapus